Home

TAFSIR JALALAIN 1 Jumadil Akhir 1437 H/ 20 Maret 2016

Rangkuman pengajian Ahad pagi Majlis Taklim Tafsir Jalalain Tempat : musholla Al-Muhajirin, Puri Harmoni 1 Tgl          : 11 jumadil ak...

Jumat, 22 April 2016

SEJARAH TERBITNYA BUKU HABIS GELAP TERBITLAH TERANG KARANGAN RA KARTINI


Apakah ada hubungan antara Surah Al Fatihah dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang?
Apakah ada hubungan antara Surah Albaqarah dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang?
Apakah ada campurtangan seorang Ki Yai dalam sejarah terbitnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, berikut ulasan dari Bapak Fathoni Ahmad dalam sebuah artikel yang dibagikan oleh Ustadz Fathury Mumthaza melalui akun Whats App.

Uztadz Fathuri Mumthaza
Selama ini RA Kartini dikenal sebagai seorang bangsawan Jawa sekaligus priyayi, cara mudah bagi orang yang pertama kali medengar namanya cukup dengan membaca gelarnya itu, Raden Ajeng (RA).

Mengapa peran perempuan seolah hanya menjadi pelengkap kehidupan laki-laki? Tentang jawaban pertanyaan ini, perempuan inspiratif yang wafat pada 3 September 1904 dalam usia 25 tahun itu sudah membuktikan diri dan memberi inspirasi bagi para perempuan untuk berperan sesuai dengan kemampuannya di tengah masyarakat dengan tidak menanggalkan perannya sebagai ibu di rumah tangga.

Masuk ke topik inti bahwa selain bangsawan Jawa, Kartini juga seorang santri. Dia nyantri dan belajar agama kepada Kiai Sholeh bin Umar dari Darat Semarang yang juga dikenal Mbah Sholeh Darat. Sebelum melakukan perjuangan kemerdekaan peran perempuan, pola pikir Kartini terbentuk ketika belajar ngaji kepada Kiai Sholeh Darat. Sebelumnya, kegelisahan demi kegelisahannya muncul ketika fakta yang ada masyarakat hanya bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak diperbolehkan memahami artinya pada zaman itu.

Dalam suratnya kepada Estella Zihandelaar (pegawai pos) bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis:

Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Al-Qur’an terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Al-Qur'an tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?

RA Kartini melanjutkan kegelisahannya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim kepada Rosa Abendanon istri dari JH Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda yang dikenal sebagai salah satu tokoh penggerak politik etis.

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Qur'an, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.

Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Bertemu dengan Kiai Sholeh Darat

Sampai akhirnya Kartini bertemu dengan Ki Yai Sholeh Darat untuk belajar ngaji dan menanyakan berbagai hal yang menjadi kegelisahannya selama ini terkait dengan tidak diperbolehkannya masyarakat memahami isi dan makna Al-Qur’an. Fakta sejarah yang ada, ternyata kebijakan ini datang dari para penjajah dengan asumsi jika masyarakat memahami Al-Qur’an, maka jiwa merdeka akan tumbuh. Tentu hal ini akan mengancam kolonialisme itu sendiri. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tidak banyak ulama saat itu yang menerjemahkan Al-Qur’an, bukan alasan tidak mau dan tidak mampu.

Fakta sejarah pertemuan antara RA Kartini dengan Ki Yai Sholeh Darat memang tidak diceritakan Kartini di setiap catatan surat-suratnya. Hal ini tidak lebih karena Kartini sendiri mengkhawatirkan keselamatan Mbah Sholeh Darat karena tidak tertutup kemungkinan kaum kolonial akan mengetahuinya.

Mbah Sholeh Darat sendiri dalam pengajian yang diberikannya kepada Kartini menjelaskan tentang tafsir surat Al-Fatihah. Hal ini seperti yang diceritakan oleh cucu Mbah Sholeh Darat, Nyai Hj Fadhilah Sholeh. Dalam ceritanya, Fadhilah Sholeh mengisahkan:

Takdir mempertemukan Kartini dengan Kiai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kemudian ketika berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Sholeh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah. RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Sholeh Darat.

Kiai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kiai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.

Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Ki Yai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kiai Sholeh.

“Ki Yai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kiai Sholeh balik bertanya.

“Kiai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al-Fatihah, surat pertama dan induk Al-Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.

Kiai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Ki Yai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali berucap “Subhanallah”. Kartini telah menggugah kesadaran Ki Yai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa.

Dari gelap menuju cahaya

Dari riwayat di atas, Kartini menemukan cahaya yang menerangi berbagai kegelapan pengetahuan dan ilmu yang selama ini melingkupinya dengan ngaji kepada Mbah Sholeh Darat. Inspirasi inilah yang membuat Kartini memberi judul buku yang berisi surat-suratnya dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Secara historis, dalam pertemuan itu RA Kartini meminta agar al-Qur’an diterjemahkan karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya. Tetapi pada saat itu pula penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan al-Qur’an. Mbah Sholeh Darat tetap melakukan penerjemahan, Beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf “Arab gundul” (pegon) sehingga tidak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon. Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada RA Kartini pada saat dia menikah dengan RM Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang. Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan:

“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kiai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”

(Inilah dasar dari buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” bukan dari sekumpulan surat-menyurat beliau… substansi sejarah telah disimpangkan secara siginifikan).

Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

“Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya.” (QS. Al-Baqarah: 257).

Dalam banyak suratnya kepada Abendanon, Kartini banyak mengulang kata “dari gelap menuju cahaya” yang ditulisnya dalam bahasa Belanda: Door Duisternis Toot Licht (1911). Oleh Armijn Pane ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyuratnya.

Surat yang diterjemahkan Kiai Sholeh adalah Al-Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Namun sayangnya penerjemahan Kitab Faidhur-Rohman ini tidak selesai karena Mbah Kiai Sholeh Darat keburu wafat.

Dari perjumpaannya dengan Mbah Sholeh Darat itu, Kartini juga banyak memahami kehidupan masyarakat yang selama ini terkungkung penjajahan sehingga banyak memunculkan sikap inferioritas terutama di kalangan perempuan. Keterbukaan pandangan dan pemikiran Kartini dari hasilngangsu kawruh (menimba ilmu) kepada Mbah Sholeh Darat inilah yang membuat langkahnya semakin mantap untuk mengubah tatanan sosial kaum perempuan dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Baca Juga: Kartini menolak masuk Kristen dan menentang politik kristenisasi

Kamis, 21 April 2016

FARDLU WUDLU (2)



MAJLIS TA’LIM TAFSIR JALALAIN
RANGKUMAN TA’LIM ONLINE HARI RABU
22 Jumadil Akhir 1437 H/31 Maret 2016
Kitab rujukan : "ATTADZHIB FI ADILLATIL GHAYATI WATAQRIB" 
Nara Sumber : Ust. Fathuri.




Bismillahirrahmanirrahim... Melanjutkan perihal FARDLU WUDLU. Setelah membahas fardlu-fardlu wudlu, berikutnya adalah berkenaan dengan sunnah-sunnah wudlu.
Adapun sunnah wudlu itu ada sepuluh :
1. Membaca Bismillah,
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke dalam wadah. 
3. Berkumur
4. Memasukkan air ke hidung
5. mengusap seluruh kepala. 
6. Mengusap dua telinga
7. menyela-nyela jenggot yang tebal dan menyela-nyela jari tangan dan kaki. 
8. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan sebelum yang kiri 
9. Membasuh setiap anggota wudlu 3 kali .
10. Bersambung (muwaalah)

PENJELASAN :
1. Membaca bismillah,
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dari riwayat Imam Nasa'i dengan sanad yang bagus, dari Anas bin Malik, ia berkata: Sebagian sahabat usai mencari air untuk wudlu, karena itu kemudian Nabi bersabda, "Apakah di antara kalian ada air?" Maka kemudian didatangkan air, lalu Nabi memasukkan tangan ke dalam wadah air itu dan bersabda: "Tawadldla'u bismillah, Berwudlulah kalian dengan membaca bismillah."
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan ke dalam wadah. 
3. Berkumur
4. Memasukkan air ke hidung
Untuk  berkumur dan menghirup air ke hidung. Keduanya, meski di sini disebut sunnah, Tetapi kesunnahannya sangat ditekankan, karena itu ada beberapa ulama yang bahkan menetapkan keduanya sebagai wajib/fardlu wudlu. Karena memang dalil untuk dua ini ada beberapa hadist, di antaranya riwayat Bukhari, Muslim dan Malik, meski tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an (karena itulah ulama jumhur memasukkannya dalam sunnah wudlu, bukan wajib). 
(Bidayatul Mujtahid, juz 1, h. 11)

5. mengusap seluruh kepala. 
Dalil dari keempat sunnah ini adalah hadist riwayah Bukhari dan Muslim, di mana Abdullah bin Zaid ditanya tentang wudlu Rasulallah, ia kemudian mempraktekkan dengan mengambil wadah air, lalu menuangkan air ke tangannya dan membasuh tangannya tiga kali. Kemudian ia memasukan tangannya ke dalam wadah, lalu berkumur, memasukkan air ke hidung tiga kali, lalu membasuh wajah tiga kali, membasuh tangan hingga siku, mengusap kepala dari depan ke belakang sekali, sampai akhir membasuh kedua kaki.
Berkenaan dengan mengusap seluruh kepala, ini pernah disinggung sebelumnya adalah kesunahan. Karena ada hadist di mana Nabi mengusap ubun-ubun, kadang pilingan (kepala sebelah pinggir), atau kadang seluruh kepala. Karena itu, ulama memasukkan mengusap seluruh kepala sebagai sunnah wudlu. Hal ini diperkuat bahwa huruf ba dalam ayat wamsahuu (bi)ru'usikum diartikan oleh ulama sebagai littab’idh, menunjukkan makna sebagian. Karena itu mengusap sebagian kepala itu fardlu, dan kemudian disunnahkan seluruh kepala

6. Mengusap dua telinga. 
Dalilnya adalah Hadist Shahih dari Tirmidzi, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulallah mengusap kepala dan kedua telinga, baik luar maupun dalamnya. Dan dari Nasa'i dijelaskan detailnya bahwa Nabi mengusap telinga, bagian dalam dengan telunjuk dan bagian luarnya dengan ibu jari. Hadist riwayat Al-Hakim menjelaskan dari hadist Abdullah bin Zaid, bahwa saat Rasulullah mengusap telinga, beliau menggunakan air berbeda dari usapan kepala.
Selanjutnya, mengusap kedua telinga. Sebagaimana dengan kumur2, sebagian ulama juga memasukkan ini menjadi wajib, tidak sekedar sunnah. Ini sekedar tambahan keterangan saja betapa mengusap telinga itu sangat-sangat dianjurkan, meski mayoritas memasukkannya dalam sunnah. Lalu apakah harus dengan air baru? Iya, dengan air baru. Inilah pendapat mayoritas ulama. Meski ada yang mengatakan menggunakan air yang digunakan mengusap kepala, tapi ini pendapat Abu Hanifah (Bidayatul Mujtahid, juz 1, h. 18, Al-FIqh Al-Islami wa Adillatuhu, juz 1, h. 249.
7. menyela-nyela jenggot yang tebal dan menyela-nyela jari tangan dan kaki. 
Dasarnya adalah hadist dari Abu Daud, dari Anas, sesungguhnya Nabi SAW saat wudlu mengambil air, lalu memasukkan tangannya ke dagu kemudian menyela-nyela jenggotnya, lalu beliau bersabda, "Demikianlah Tuhanku memerintahkan." Sedangkan untuk menyela-nyela jari tangan dan kaki adalah Sabda Nabi: Sempurnakanlah wudlu, sela-selailah antara jari-jari, dan tekankan saat menghirup air ke hidung, kecuali engkau sedang puasa (HR Abu Daud, dan dishahihkan Tirmidzi 
8. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan sebelum yang kiri 
9. Membasuh setiap anggota wudlu 3 kali .
Dasarnya adalah hadist Muslim, Utsman berkata, "Apakah kalian mau melihat wudlu Rasulillah? Kemudian Ustman mempraktekkan tiga kali setiap anggota wudlu. 
Setiap anggota dibasuh/diusap tiga kali, jelas adalah sunnah hukumnya. Sebab dalam satu hadist, disebutkan Rasulullah wudlu satu kali satu kali, kadang dua kali, lebih sering 3x. Karena itu, sebagaimana disebutkan sebelumnya, yang wajib adalah satu kali. Kalau mencukupkan demikian, sudah sah wudlunya. Hanya tidak mendapatkan kesunnahan saja. Lalu kalau, wajah 3 kali, tangan sekali? Ini juga sudah memenuhi fardlu wudlu, tetap sah, tetapi mengurangi keutamaan.
10. Bersambung (muwaalah)
untuk kesunnahan no 10, yaitu muwaalah atau bersambung. Maksudnya adalah basuhan antara satu anggota dengan anggota yang lain tidak terpisah waktu yang lama, tetapi masih basahnya anggota basuhan sebelumnya untuk kemudian melanjutkan basuhan berikutnya dengan kondisi tubuh dan waktu yang tidak beranjak (Fathul Qarib h. 5). Kesunahan ini menjadi wajib, yaitu bagi orang yang daaimul hadast atau darurat, seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya, misalnya orang yang beser, atau bagi wanita terus menerus keluar darah istihadhah, maka muwaalah menjadi wajib. Artinya saat ia wudlu tanpa jeda, tapi lanjut bersambung


Pertanyaan-Pertanyaan:
Pertayaan 1 :
Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokatuuh Pak Ustadz, kalau wudlu jumlah basuhnya beda, misalkan wajah 3 x tangan 1x bagaimana hukumnya, soalnya bila sudah iqomah kita ambil wajibnya saja, tapi wajah sudah 3x basuhnya terimakasih sebelumnya
Jawaban pertanyaan 1 :
Silahkan lihat penjelasan Sunnah ke-9
Berkaitan dengan muwaalah,
Apakah ada batasan jarak maksimum atau waktu maksimum untuk jeda antar fardu wudlu?
Pertanyaan 2 :
Ustad mohon tanya kalu basuh muka sama tangan di kantor cilangkap kemudian yang lain d rumah cileungsi apakah sah? terima kasih.
Jawaban pertanyataan 2 :
Sebagaimana dijelaskan di atas (Fathul Qarib h. 5) bahwa yang menjadi batasan adalah basahnya anggota basuhan, sepanjang dari Cilangkap sampai Cileungsi basuhan sebelumnya masih basah, bisa dilanjutkan dengan anggota berikutnya. Sekali lagi basahnya anggota sebelumnya. Tetapi dalam Kifayatul Akhyar, h. 43, salah satu yang dimakruhkan adalah bicara di tengah wudlu. Hal yang sama juga demikian, artinya di tengah wudlu jalan-jalan atau nonton teve dulu, karena, misalnya sepak bola sedang seru-serunya, habis basuh wajah, keluar dulu lihat teve baru kemudian lanjut tangan. Artinya, wudlunya sah, tetapi tidak memperoleh kesunahan, tapi mendapat kemakruhan. Kalau kita perluas di dalam Madzahibul 'Arba'ah, Madzhab Maliki menegaskan bahwa muwallah itu wajib, artinya kalau tidak dilakukan maka batal wudlunya, kecuali karena lupa (Bidayatul Mujtahid, juz 1, h. 22-23). Karena itu, sebaiknya dihindari untuk tidak bersambung di dalam wudlu.

  Keterangan dan sunnah-sunnah yang disebutkan dalam rujukan  lain:

 Pertama, berkaitan cuci tangan sebelum wudlu. Ulama sebetulnya merinci dalam prakteknya. Hukum dasarnya adalah sunnah, tetapi dalam kondisi tertentu menjadi wajib, hal ini dikatakan oleh Imam Abu Daud, yaitu ketika baru bangun dari tidur. Dasarnya adalah Hadist riwayat Bukhari Muslim, "Ketika salah satu dari kalian bangun tidur, maka basuhlah tangan sebelum memasukkannya ke dalam wadah. Sesungguhnya seorang di antara kalian tidak tahu tangan itu ke mana saja (saat tidur)." (Bidayatul Mujtahid, juz 1, h. 9)
 Kedua, berkaitan dengan sunnah-sunnah lain yang tidak disebutkan. Yaitu, satu: Bersiwak. Hal ini pernah kami sampaikan sebelumnya, bahwa sebelum wudlu adalah sebuah kesunnahan untuk bersiwak lebih dahulu. Rujukannya banyak, di antaranya di Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 1, h. 256-258 (disebutkan ini adalah qaul Hanafi, Syafii, dan Hambali), Ihya Ulumiddin, juz 1, h. 15, Bidayatul Hidayah, h. 14, dan Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, juz 1, h. 328

  Dua, Ad-Dalku atau menggosok anggota basuhan. Ini sebelumnya pernah kami sampaikan, jumhur mengatakan itu sunnah, sedangkan Maliki wajib. Yaitu dengan cara sembari air mengalir tangan digosok-gosokan ke bagian basuhan sehingga memantapkan air mengenai kulit dan anggota wudlu bersih dari kotoran. Tiga, mengusap tengkuk. Ini bisa dilihat Ihya Ulumiddin, juz 1, h. 19, Bidayatul Hidayah, h. 16, Kifayatul Akhyar h. 43, meski Imam Nawawi, misalnya di Al-Majmu' menganggap bahwa ini tidak termasuk sunnah. Dasarnya adalah sabda Nabi: Mengusap tengkuk ketika wudlu akan menyelamatkan manusia dari api neraka pada hari kiamat kelak (HR Ad-Dailami). Prakteknya mengusap tengkuk ini dilakukan setelah mengusap telinga.

  Kemudian untuk teknis wudlu, sebagaimana saya janjikan sebelumnya, sesuai yang diuraikan di Bidayatul Hidayah, h. 14, Ihya Ulumiddin, h. 15-20, dan Kifayatul Akhyar h. 43, sebagai berikut:
  Disunahkan bersiwak lebih dulu. Setelah bersiwak duduklah untuk wudhu dengan menghadap kiblat di tempat yang tinggi supaya tidak terkena air cipratannya. Dan ucapkanlah :
بسم الله الرحمن الرحيم، رب أعوذ بك من همزات الشياطين وأعوذ بك رب بأن يحضرونTuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan dan aku berlindung kepada-Mu dari kedatangannya
"Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Yaa ."

Kemudian basuhlah kedua tanganmu 3 kali sebelum memasukkannya ke dalam wadah dan ucapkanlah,
اللهم إني أسألك اليمن والبركة، وأعوذ بك من الشؤم والهلكة
"Yaa Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keberuntungan dan keberkahan, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dan kerusakan."

Kemudian niatlah menghilangkan hadas dan niat kewenangan shalat‎ dan tidak dianjurkan menghilangkan niatmu sebelum membasuh wajah maka bisa menyebabkan wudhumu tidak sah.
 Kemudian ambillah air satu cakupan tangan untuk berkumur di mulutmu sebanyak 3 kali, dan berusaha keraslah dalam menggerakkan air (yang didalam mulut) sampai pangkal tenggorokan kecuali bagi yang berpuasa maka pelan-pelan saja.
Dan ucapkanlah "Yaa Allah tolonglah aku untuk membaca kitab-Mu dan memperbanyak dzikir kepada-Mu dan tetapkanlah diriku dengan ucapan yang tetap di kehidupan dunia dan akhirat."
اللهم أعني على تلاوة كتابك وكثرة الذكر لك، وثبتني بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة.
Kemudian ambillah air satu cakupan tangan dan gunakanlah untuk menyesapnya kedalam hidung sebanyak 3 kali, dan hembuskan kotoran-kotoran basah yang ada di dalam hidung, dan ucapkanlah ketika istinsyaq (menyerap air ke dalam hidung) :

اللهم أرحني رائحة الجنة وأنت عني راض
"Yaa Allah semoga engkau menciumkan aku wewangian syurga dan engkau ridha padaku."
dan ketika menghembuskan keluar mengucapkan,
اللهم إني أعوذ بك من روائح النار وسوء الدار.
"Yaa Allah aku berlindung kepada-Mu dari baunya neraka dan keburukan rumah."
  Kemudian ambillah satu cakupan air untuk wajahmu, basuhlah wajahmu dari permulaan lebarnya dahi sampai belakangnya janggut ini dalam ukuran panjangnya wajah, dan dari telinga dalam ukuran lebarnya wajah. Dan sampaikanlah air tersebut ke tempat tajdif.
Yang dimaksud tempat tajdif adalah tempat yang biasanya seorang perempuan menyingkirkan rambutnya, yaitu tempat di antara telinga sampai pinggirnya dahi, maksudku tempat jatuhnya rambut dari dahinya wajah. 
Dan sampaikanlah airnya ke tempat-tempat tumbuhnya rambut yang empat, yaitu dua alis, dua kumis (kumis bawah dan atas bibir), bulu mata dan rambut di tepi pipi. Maksudya, 'idzran (rambut di tepi pipi) adalah rambut yang menghadapi telinga dari tempat permulaan tumbuhnya jenggot.
ويجب إيصال الماء إلى منابت الشعر من اللحية الخفيفة، دون الكثيفة؛ وقل عند غسل الوجه:.. ولا تترك تخليل اللحية الكثيفة.
Dan wajib sampainya air ke tempat-tempat tumbuhnya rambut yaitu jenggot yang tipis kalo yang tebal tidak wajib sampai pada bagian yang menyentuh kulit (bathin), cukup bagian luarnya (dhahir) saja.

Dan ketika membasuh wajah ucapknlah,
 اللهم بيض وجهي بنورك يوم تبيض وجوه أوليائك، ولا تسود وجهي بكلماتك يوم تسود وجوه أعدائك "Yaa Allah putihkanlah wajahku dengan cahaya-Mu di hari putihnya wajah-wajah para walimu, dan janganlah Engkau hitamkan wajahku dengan kalammu dihari hitamnya wajah-wajah musuh-Mu." 

Dan janganlah kau tinggalkan menyela-nyela jenggot yang tebal.
  Kemudian basuhlah tanganmu yang kanan, kemudian yang kiri beserta kedua sikunya sampai pertengahan lengan sebelah atas (yakni melewati siku untuk menghindari keraguan pada yang wajib), karena sesungguhnya perhiasan di syurga nanti sampai di tempat-tempat yang terkena air wudhu.

Dan ketika membasuh tangan kanan ucapkanlah:
أعطني كتابي بيميني، وحاسبني حسابا يسيرا
"Semoga Engkau berikan kitabku (pada akhirat) dengan tangan kananku dan hisab (penghitungan amal-amal) -lah diriku dengan hisab yang ringan."

Dan ucapkan ketika membasuh tangan kiri :
اللهم إني أعوذ بك أن تعطيني كتابي بشمالي أو من وراء ظهري.

"Yaa Allah aku berlindung kepada-Mu dari pemberian-Mu terhadap kitabku dengan tangan kiriku atau dari belakang punggungku."

Kemudian ratakanlah kepalamu dengan mengusap, caranya yaitu dengan membasahi kedua tanganmu dan menempelkan ujung jari-jari kanan dengan ujung jari-jari kiri dan meletakkannya di depan kepala lalu menjalankannya sampai tengkuk (bagian belakang kepala), dan dikembalikan lagi sampai depan kepala, ini baru dihitung satu, lakukanlah hal tersebut 3 kali, begitu juga dengan anggota yang lain (3 kali). Maka hasil lah pahala wajib dan pahala sunnah dengan cara demikian. dan ketika mengusap kepala ucapkanlah,

اللهم غشني برحمتك، وأنزل على من بركاتك، وأظلني تحت ظل عرشك يوم لا ظل إلا ظلك، اللهم حرم شعري وبشرى على النار.

"Yaa Allah limpahi aku dengan rahmat-Mu, dan turunkanlah berkah-Mu kepadaku , dan naungilah aku di bawah naungan-Mu di hari tiada naungan kecuali naungan-Mu, Yaa Allah halangilah rambut dan kulitku dari api neraka."

Kemudian usaplah kedua telingamu luar dan dalamnya dengan air yang baru, dan masukkanlah jari telunjukmu kedalam lubang telingamu dan usaplah kedua telingamu dengan sebelah dalamnya (bathin) kedua jempolanmu.

Dan ucapkanlah :
اللهم اجعلني من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه، اللهم أسمعني منادى الجنة في الجنة مع الأبرار

"Yaa Allah semoga Engkau menjadikan aku termasuk dari orang-orang yang mendengarkan ucapan kemudian mengikuti yang terbaik dari ucapan tersebut, Yaa Allah perdengarkanlah aku panggilan syurga, disyurga nanti bersama para abrar (orang-orang taat, pelaku kebaikan)."

Kemudian usaplah tengkukmu (tidak diusap tidak apa-apa) dan ucapkanlah,

اللهم فك رقبتي من النار، وأعوذ بك من السلاسل والأغلال.


" Yaa Allah lepaskanlah leherku dari api neraka, dan aku berlindung kepada-Mu dari rantai-rantai dan belenggu-belenggu."

Kemudian basuhlah kakimu yang kanan kemudian yang kiri beserta kedua mata kakinya, dan sela-selailah jari-jari kaki yang kanan dengan jari kelingking tangan kiri dimulai dari jari kelingkingnya kaki kanan sampai jari kelingkingnya kaki kiri, dan engkau masukkan jari kelingking tangan kirimu dari sebelah bawahnya jari2 kaki td.

Dan ucapkanlah :
اللهم ثبت قدمي على الصراط المستقيم مع أقدام عبادك الصالحين
"Yaa Allah tetapkanlah kedua telapak kakiku di atas shiratal mustaqim (jembatan yang lurus) bersama telapak-telapak kakinya hamba-hambaMu yang shalih-shalih."

Begitu juga engkau ucapkan ketika membasuh kaki yang kiri,
اللهم إني أعوذ بك آن تزول قدمي على الصراط في النار يوم تزل أقدام المنافقين والمشركين

"Yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari terpelesetnya kedua telapak kakiku dari shirat di neraka di hari terpelesetnya telapak-telapak kakinya orang-orang munafiq dan orang-orang musyrik."

Dan jagalah (tetaplah) mengulangi 3 kali di seluruh pekerjaanmu (basuhan).

Dan setelah selesai bacalah doa:

اشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمد عبده ورسوله، سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أنت التواب الرحيم، اللهم اجعلني من التوابين؛ واجعلني من المتطهرين، واجعلني من عبادك الصالحين واجعلني صبورا، شكورا، واجعلني أذكرك ذكرا كثيرا، وأسبحك بكرة وأصيلا.

Demikian Rangkuman pengajaian online hari rabu minggu ini.
Terima kasih kepada Majlis Asatidz, terutma kepada Ustdz Fathuri.
Selanjutnya majlis ini kami tutup..
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaha illa Anta astagfiruka wa atubu ilaik.

Selasa, 19 April 2016

K-R-I-T-I-K

Dikutip dari postingan Whats App pak Ardiansyah

Pak Ardiansyah

Seseorang Bertutur tentang pengalaman hidupnya:
Saya dulu sering  mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya., saya sendiri sudah merasa benar dan orang yang saya kritik salah.

Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain?
Karena saya percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu Membangun.

Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.

Setelah usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku-buku kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku-buku Wisdom mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.

Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di dalam toples yang berbeda.

Toples yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi pujian dan motivasi setiap hari.

Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.

Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya sy meminta para guru di sekolah kami utuk melakukan experimen ini bersama para murid di sekolah. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.

Toples yang setiap hari diberikan keritikan oleh murid-murid, lebih cepat rusak, hitam dan membusuk. Dan di sekolah kami mengajarkan para siswa melalui experimen ini agar tidak mengejek, menhujat atau mengkritik sesama teman, dan melatih mereka untuk bicara baik-baik yang tidak mengkritik.

Dan sejak itulah saya belajar untuk tidak mekritik orang lain, terutama anak dan istri saya.

Dan percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, Istri saya jadi jauh lebih perhatian dan wajahnya lebih berbinar dan anak-anak saya jauh lebih baik, ganteng, kooperatif dan sayang pada ayahnya.

Apa yang saya ubah dari diri saya sehingga anak dan istri saya berubah?

Saya ganti kalimat saya yang mengkritik istri dan anak saya dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan.

Saya berterimakasih pada istri dan anak saya dan memujinya dan sering kali sambil memeluknya, saat mereka berhasil berhenti dari kebiasaan yang kurang baik.

Yuk mari kita renungkan, malah kalau perlu kita coba melakukan experiment yang sama bersama anak-anak dirumah atau murid-murid kita di sekolah.

So..... masihkah kita percaya bahwa KRITIK ITU MEMBANGUN ?

Masihkah kita percaya ada KRITIK YANG MEMBANGUN?

Masihkah kita mau mengkritik orang lain, terutama suami, istri dan anak-anak kita..?

Tentu saja pilihan itu terserah pada diri kita masing-masing karena hidup ini adalah pilihan bebas berikut konsekuensinya masing-masing.

Tapi coba rasakan dan ingat-ingat lagi apakah dengan sering mengkritik orang lain akan membuat orang yang kita kritik menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya balik mengkritik kita...?

Dan coba lihat apa yang ada rasakan di hati kita pada saat kita sedang dikritik oleh orang lain? Nah perasaan yang sama itulah yang juga akan dirasakan oleh orang lain yang kita kritik.

Semoga hari anda  menyenangkan !

PAHLAWAN-PAHLAWAN DARI PONDOK PESANTREN

Dikutip dari postingan Whats App Pak Ardiansyah
Pak Ardiansyah

Santri pondok pesantren itu ampuh. Dulu pada zaman penjajahan Belanda, khususnya di tanah Jawa ini, yang paling ditakuti (penjajah) Belanda adalah santri dan tarekat (thariqah).
Ada seorang santri yang juga penganut thariqah, namanya Abdul Hamid. Ia lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH. Hasan Besari. Abdul Hamid ngaji kitab kuning kepada Kyai Taftazani Kertosuro.
Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH. Baidlowi Bagelen yang dikebumikan di Glodegan, Bantul, Jogjakarta. Terakhir Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang.
Di daerah eks-Karesidenan Kedu (Temanggung, Magelang, Wonosobo, Purworejo, Kebumen), nama KH. Nur Muhammad yang masyhur ada dua, yang satu KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang dan satunya lagi KH. Nur Muhammad Alang-alang Ombo, Pituruh, yang banyak menurunkan kyai di Purworejo.
Abdul Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun, 1825-1830 M.
Abdul Hamid wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari. Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari istri Pacitan, Jawa Timur.
Abdul Hamid patungnya memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang. Menjadi nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah. Terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro

Belanda resah menghadapi perang Diponegoro. Dalam kurun 5 tahun itu, uang kas Hindia Belanda habis, bahkan punya banyak hutang luar negeri.
Nama aslinya Abdul Hamid. Nama populernya Diponegoro.
Adapun nama lengkapnya adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong.
Maka jika Anda pergi ke Magelang dan melihat kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu, istilah sekarang di Bakorwil, ada 3 peningalan Diponegoro: al-Quran, tasbeh dan Taqrib (kitab Fath al-Qarib).
Kenapa al-Quran? Diponegoro adalah seorang Muslim. Kenapa tasbih? Diponegoro seorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah.
Habib Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan mengatakan bahwa Diponegoro seorang mursyid Thariqah Qadiriyyah. Selanjutnya yang ketiga, Taqrib matan Abu Syuja’, yaitu kitab kuning yang dipakai di pesantren bermadzhab Syafi'i.
Jadi Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i. Maka, karena bermadhab Syafi’i, Diponegoro shalat Tarawih 20 rakaat, shalat Shubuh memakai doa Qunut, Jum’atan adzan dua kali, termasuk shalat Ied-nya di Masjid, bukan di Tegalan (lapangan).
Saya sangat menghormati dan menghargai orang yang berbeda madzhab dan pendapat. Akan tetapi, tolong, sejarah sampaikan apa adanya.
Jangan ditutup-tutupi bahwa Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i. Maka 3 tinggalan Pangeran Diponegoro ini tercermin dalam pondok-pondok pesantren.
Dulu ada tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker. Siapa itu Douwes Dekker? Danudirja Setiabudi.
Mereka yang belajar sejarah, semuanya kenal. (Leluhur) Douwes Dekker itu seorang Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk merusak bangsa kita.
Namun ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya berubah, yang semula ingin merusak kita justeru bergabung dengan pergerakan bangsa kita.
Bahkan kadang-kadang Douwes Dekker, semangat kebangsaannya melebihi bangsa kita sendiri.
Douwes Dekker pernah berkata dalam bukunya:
“Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan.
Siapa yang berbicara? Douwes Dekker, orang yang belum pernah nyantri di pondok pesantren.
Seumpanya yang berbicara saya, pasti ada yang berkomentar: "Hanya biar pondok pesantren laku."
Tapi kalau yang berbicara orang “luar”, ini temuan apa adanya, tidak dibuat-buat. Maka, kembalilah ke pesantren.
Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu adalah santri.

Ki Hadjar Dewantara
Tidak hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para ulama menjadi tokoh bangsa.
Diantaranya, di Jogjakarta ada seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan Prambanan.
Punya santri banyak, salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat.
Suwardi Suryaningrat ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
Jadi, Ki Hajar Dewantara itu santri, ngaji, murid seorang kyai.
Sayangnya, sejarah Ki Hajar mengaji al-Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya Ing Ngarso Sun Tulodo,
Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Itu sudah baik, namun belum komplit. Belum utuh.
Maka nantinya, untuk rekan-rekan guru, mohon diterangkan bahwa Ki Hajar Dewantara selain punya ajaran Tut Wuri Handayani, juga punya ajaran al-Quran al-Karim.
Sayyid Husein al-Mutahhar adalah cucu nabi yang patriotis.
Malah-malah, ketika Indonesia merdeka, ada sayyid warga Kauman Semarang yang mengajak bangsa kita untuk bersyukur.

H . Muthahar

Sang Sayyid tersebut menyusun lagu Syukur. Dalam pelajaran Sekolah Dasar disebutkan Habib Husein al-Mutahar yang menciptakan lagu Syukur.
Beliau adalah Pakdenya Habib Umar Muthahar SH Semarang. Jadi, yang menciptakan lagu Syukur yang kita semua hafal adalah seorang sayyid, cucu baginda Nabi Saw. Mari kita nyanyikan bersama-sama:

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniaMu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadiratMu tuhan.

Itu yang menyusun cucu Nabi, Sayyid Husein Muthahar, warga Kauman Semarang. Akhirnya oleh pemerintah waktu itu diangkat menjadi Dirjen Pemuda dan Olahraga.
Terakhir oleh pemerintah dipercaya menjadi Duta Besar di Vatikan, negara yang berpenduduk Katholik.
Di Vatikan, Habib Husein tidak larut dengan kondisi, malah justeru membangun masjid. Hebat.
Malah-malah, Habib Husein Muthahar menyusun lagu yang hampir se-Indonesia hafal semua.
Suatu ketika Habib Husein Muthahar sedang duduk, lalu mendengar adzan shalat Dzuhur.
Sampai pada kalimat hayya 'alasshalâh, terngiang suara adzan. Sampai sehabis shalat berjamaah, masih juga terngiang.
Akhirnya hatinya terdorong untuk membuat lagu yang cengkoknya mirip adzan, ada “S”nya, “A”nya, “H”nya. Kemudian pena berjalan, tertulislah:

17 Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tertap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap setia, tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia, tetap setia
Membela Negara kita.

Maka peran para kyai dan para sayyid tidak sedikit dalam pembinaan patriotisme bangsa.
Jadi, Anda jangan ragu jika hendak mengirim anak-anaknya ke pondok pesantren.
Malahan, Bung Karno, ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, minta didampingi putra kyai.
Tampillah putra seorang kyai, dari kampung Batuampar, Mayakumbung, Sumatera Barat. Siapa beliau?
H. Mohammad Hatta putra seorang kyai. Bung Hatta adalah putra Ustadz Kiai Haji Jamil, Guru Thariqah Naqsyabandiyyah Kholidiyyah.

Muh.Hatta
Sayang, sejarah Bung Hatta adalah putra kyai dan putra penganut thariqah tidak pernah dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya Bapak Koperasi.
Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh. Jangan sekali-kali memotong sejarah.
Jika Anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah Anda akan dipotong oleh  Allah Swt.
Akhirnya, Bung Hatta menjadi wakil presiden pertama.
Pesan Penting Bagi Santri, Belajar dari Mbah Mahrus Aly.
Maka, jangan berkecil hati mengirim putra-putri Anda di pondok-pesantren.
Santri-santri An-Nawawi di tempat saya, saya nasehati begini:
“Kamu mondok di sini nggak usah berpikir macam-macam, yang penting ngaji dan sekolah. Tak usah berpikir besok jadi apa, yang akan menjadikan Gusti Allah."
Ketika saya dulu nyantri di Lirboyo, tak berpikir mau jadi apa, yang penting ngaji, nderes (baca al-Quran), menghafalkan nadzaman kitab dan shalat jamaah.
Ternyata saya juga jadi manusia, malahan bisa melenggang ke gedung MPR di Senayan.
Tidak usah dipikir, yang menjadikan Gusti Allah.
Tugas kita ialah melaksanakan kewajiban dari Allah Swt. Allah mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, kita menuntut ilmu.
Jika kewajiban dari Allah sudah dilaksanakan, maka Allah yang akan menata. Jika Allah yang menata sudah pasti sip, begitu saja. Jika yang menata kita, belum tentu sip.
Perlu putra-putri Anda dalam menuntut ilmu, berpisah dengan orangtua.
KH. Mahrus Aly Lirboyo pernah dawuh:
“Nek ngaji kok nempel wongtuo, ora temu-temuo.”
(Jika mengaji masih bersama dengan orangtua, tidak akan cepat dewasa).
Maka masukkanlah ke pesantren, biar cepat dewasa pikirannya.
Itu yang ngendiko (berkata) Kyai Mahrus Ali.

PENGAJIAN AHAD PAGI DI MASJID AL-MADANI HARVEST CITY

KH.Slamet Azis Zein

Majlis Ta'lim Tafsir jalalain
Rangkuman pengajian Ahad pagi.
Masjid Al-Madani, Harvest city.
10 rajab 1437 H/17 April 2016

KAJIAN TAFSIR JALALAIN :

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً 

«تبارك» تعالى «الذي نزل الفرقان» القرآن لأنه فرق بين الحق والباطل «على عبده» محمد «ليكون للعالمين» الإنس والجن دون الملائكة «نذيرا» مخوفا من عذاب الله 

(Maha Suci) Allah SWT (yang telah menurunkan al-quran) yakni al-quran, ia dinamakan alfurqan karena kandungannya membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang bathil (kepada hambanya) yakni nabi Muhammad  (agar ia menyampaikannya kepada seluruh alam)yaitu kepada bangsa manusia dan bangsa jin, selain bangsa malaikat (sebagai pemberi peringatan) krpada mereka, denfan memperingatkan mereka akan azab Allah.

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً 

«الذي له ملك السماوات والأرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك في الملك وخلق كل شيء» من شأنه أن يخلق «فقدره تقديرا» سواه تسوية 


(Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu) karena hanya Dialah yang mampu menciptakan kesemuanya itu (dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya) secara tepat dan sempurna.

وَاتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّا يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ ضَرّاً وَلَا نَفْعاً وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتاً وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُوراً 

«واتخذوا» أي الكفار «من دونه» الله أي غيره «آلهة» هي الأصنام «لا يخلقون شيئا وهم يخلقون ولا يملكون لأنفسهم ضرا» أي دفعه «ولا نفعا» أي جره «ولا يملكون موتا ولا حياة» أي إماتة لأحد وإحياء لأحد «ولا نشورا» بعثا للأموات

  (Kemudian mereka mengambil) yang dimaksud adalah orang-orang kafir (selain daripada-Nya) selain Allah swt. (sebagai tuhan-tuhan) berupa berhala-berhala (yang mereka tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk menolak sesuatu kemudaratan dari dirinya) tidak akan mampu menolak bahaya yang mengancam dirinya (dan tidak pula untuk mengambil suatu manfaat pun) artinya tidak dapat menghasilkan manfaat bagi dirinya (dan juga tidak kuasa mematikan, menghidupkan) yakni tidak mampu mematikan seseorang dan tidak pula mampu menghidupkannya (dan tidak pula membangkitkan) tidak mampu membangkitkan orang-orang yang mati untuk dapat hidup kembali.                                                              

  KAJIAN MUKHTARUL HADITS :
اصلحوا دنياكم واعملوالاخيرتكم كانكم تموتون غدا
Artinya : sempurnakanlah duniamu, beramalah untuk ahiratmu, seolah olah kamu sekalian akan mati esok hari.
Demikian ...Wallaahu a'lam Bish showaab