Home

TAFSIR JALALAIN 1 Jumadil Akhir 1437 H/ 20 Maret 2016

Rangkuman pengajian Ahad pagi Majlis Taklim Tafsir Jalalain Tempat : musholla Al-Muhajirin, Puri Harmoni 1 Tgl          : 11 jumadil ak...

Rabu, 27 Juli 2016

KAJIAN TAFSIR JALALAIN. MASJID JAMI ATTAUBAH, CIGAROGOL 20 SYAWAL 1437 H / 24 JULI 2016

                                             TAFSIR JALALAIN

                                           KH.Slamet Azis Zein



 
QS. Al-Furqon ayat 22 :
 

    يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِّلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْراً مَّحْجُوراً
      
«يوم يرون الملائكة» في جملة الخلائق هو يوم القيامة ونصبه باذكر مقدرا «لا بشرى يومئذ للمجرمين» الكافرين بخلاف المؤمنين فلهم البشرى بالجنة «ويقولون حجرا محجورا» على عادتهم في الدنيا إذا نزلت بهم شدة أي عوذا معاذا يستعيذون من الملائكة

Artinya:
(Pada hari mereka melihat Malaikat) di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya, yaitu pada hari kiamat. Lafal Yauma dinashabkan oleh lafal Udzkur, yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya; maksudnya, ingatlah pada hari mereka melihat Malaikat (di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa) yakni orang-orang kafir, berbeda keadaannya dengan orang-orang Mukmin, bagi mereka kabar gembira yaitu mendapatkan surga (dan mereka berkata: 'Hijran mahjuuran'") sebagaimana kebiasaan mereka di dunia apabila mereka tertimpa kesengsaraan, artinya: lindungilah kami di tempat perlindungan. Mereka pada hari itu meminta perlindungan kepada Malaikat. Kemudian Allah berfirman,

QS. Al-Furqon ayat 23 :

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً

«وقدمنا» عمدنا «إلى ما عملوا من عمل» من الخير كصدقة وصلة رحم وقرى ضيف وإغاثة ملهوف في الدنيا «فجعلناه هباء منثورا» هو ما يرى في الكوى التي عليها الشمس كالغبار المفرق أي مثله في عدم النفع به إذ لا ثواب فيه لعدم شرطه ويجازون عليه في الدنيا

Artinya :
("Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi, menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia (lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.") amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.


Point point penting :
   Pada ayat sebelumnya, orang-orang yang tidak takut kepada adanya hari berbangkit dan hari pembalasan mengatakan dengan penuh kesombongan :  ("Mengapakah tidak) (diturunkan kepada kita malaikat) yang menjadi Rasul-rasul kepada kita (atau mengapa kita tidak melihat Rabb kita?")
Pada ayat ke-22 dikatakan, ingatlah pada pada hari kiamat ketika mereka melihat malaikat. Pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa.segala amal kebaikan orang kafir di dunia akan terputus sebatas di dunia saja. Amal mereka itu bagaikan debu yang tidak memiliki pahala. Hal itu terjadi karena syaratnya yang tidak  terpenuhi yaitu syarat iman kepada Allah SWT.

Sejarah Tafsir Jalalain
  Biografi Jalaluddin al-Mahally dan Jalaluddin As-Suyuthi; Penulis Tafsir Jalalain

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم                  

Kitab tafsir Jalalain ini terdiri atas 2 jilid, masing-masing ditulis oleh seorang ulama. Mulai dari surah al-Baqarah hingga akhir surat al-Isra' ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuthi, sedangkan mulai dari surat al-Kahi hingga surat an-Naas ditulis oleh Jalaluddin al-Mahally, demikian juga surah al-Fatihah. Oleh karenanya kitab ini dinamakan Kitab Tafsir Jalalain karena ditulis oleh dua orang yang nama depannya sama.

Biografi Jalaluddin al-Mahally

Nama aslinya ialah Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim al-Mahalli Asy-Syafi'i, dilahirkan di Mesir  pada tahun 791 Hijriyah, dan wafat pada permulaan 864 Hijriyyah.
Beliau memulai penulisan tafsirnya dimulai dari surat al-Kahfi hingga surat an-Naas, kemidian ia menafsirkan surat al-Fatihah,sayang sekali beliau dipanggil ke rahmatullah ketika penulisan kitab tafsirnya baru mencapai separuh al-Qur'an,  padahal kitab tafsirnya ini masih memerlukan kelanjutan demi keutuhannya.

Biografi Jalaluddin as-Suyuthi

Nama aslinya ialah Abul Fadl alias Abdurrahman ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad as-Suyuthi, lahir pada bulan Rajab tahun 848 Hijriyah, wafat malam Jum'at tanggal 19 bulan Jumadil Ula tahun 911 Hijriyah. Ia seorang hafidz hadits, musnid, muhaqiq, dan telah hafal al-Qur'an weaktu berusia 8 tahun, serta telah banyak menghafal kitab karya para ulama di masanya.
Jalaluddin as-Suyuthi. Beliau didesak oleh banyak kalangan untuk melanjutkan penulisan tafsir Imam Jalaluddin al-Mahally  tersebut. Beliau menuliskan lanjutan tafsir pendahulunya pada tahun 870 H yang konsepnya dapat diselesaikannya dalam waktu 40 hari, yaitu dari awal bulan Ramadhan tahun tersebut hingga tanggal 10 bulan Syawal, dan baru dapat diselesaikanya dengan utuh pada tahun berikutnya, yaitu tahun 871 H.   

                                               KITAB MUKHTARUL AL HADITS

                                                       MAUIDLOTUL HASANAH
                                                              Ust. H. Rusdi Helmi
Setelah selesai ibadah shaum selama sebulan penuh, di bulan syawal ini, hendaknya kita melakukan muhasabah diri.  Apakah amal ibadah kita selama sebulan penuh itu, seperti shaum, tahajud, sodaqoh tilawah quran dll, telah diterima Allah SWT.
Diantara tanda diterimanya amal ibadah tersebut adalah :
Amal ibadah tersebut memotifasi kita untuk melakukan ibadah serupa diluar bulan suci Ramadan.
Allh SWT berfirman di dalam QS. Al-Lail ayat 5-7

(فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ)
(وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ                                                                                     (فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ

Artinya:
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Istiqomah dalam melaksanakn ibadah walaupun sedikit.
Allah SWT berfirman  di dalam QS. ayat 30
(إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ)
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Rasulullah SAW bersabda:
      
:عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ :
يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]

Artinya :
Abu amr, (ada yang menyebutnya Abu Amrah) Sufyan bin Abdillah ra. Berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, katakana kepadaku perkataan tentang  islam yang tidak akan aku tanyakan kepada selain engkau!" Beliau bersabda, 'Katakanlah, 'Amantu Billah (Aku beriman kepada Allah), kemudian istiqamalah'." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Semoga amal ibadah kita di bulan Ramadsn kemarin diterima Allah SWT.. amin.

                                                                   Ust. Inayah
Ada 3 manfaat sodaqoh :
sebagai obat penyembuh penyakit.
Menutup kebencian Allah SWT.
Membuka pintu pintu rezeki

Adapun Silaturahmi, selain membuka pintu rezeki, juga dapat menguatkan hati.

                                                            Ust. Zul Akbar
Hendaknya kita menjadi pribadi pribadi yang militan, yang memiliki kesiapan untuk menerima perintah Allah SWT.
Ketika kita diperintah Allah SWT melalui Rasulny, maka jawabannya, sami'na waato'na.
"KAMI DENGAR DAN KAMI TAAT"
ALLAHU AKBAR....

                                                              Ust. H. Robah
Sejarah halal bi hala
Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah. Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII, PKI Madiun.

Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Romadlon, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”. “Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah ‘halal bi halal’”, jelas Kyai Wahab.

Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah.
                                                              Ust. H. Maulana
Kiat kiat untuk menggapai hidup sukses :
Perbnyak Sedekah
Perbanyak Silatirahmi

Imam Al-Gazali mengatakan, orang yang berhak untuk pertama kali dikunjungi adalah orang tua kemudian guru.
Ciumlah tangan orang tua dan guru.

                                                         Ust. Fathuri Mumthaza

Kisah hakim dan pencuri kafan
Dalam kitab Nashâihul ‘Ibâd, Syaikh Nawawi al-Bantani mengungkap kisah seorang pencuri kain kafan dan seorang hakim dalam sebuah negara. Drama keduanya bermula ketika hakim yang dikenal sangat saleh itu merasakan detik-detik akhir usianya.
Sang hakim gundah, terutama soal nasibnya nanti selepas prosesi pemakaman dirinya: akankah kain kafannya selamat dari tindak pencurian sebagaimana banyak kasus yang menimpa tetangganya saat itu? Ia tahu siapa yang biasa melakukannya. Maka dipangillah tukang nyolong kain mayat tersebut.
“Aku telah menyiapkan sejumlah uang seharga kain kafanku. Ambilah, tapi tolong jangan koyak kuburanku.” Si pencuri kain kafan mendengarkan dengan baik pesan sang hakim. Ia menyanggupi permintaannya.
Si pencuri ternyata tak sungguh-sungguh memegang janjinya setelah hakim itu meninggal dunia. Di benaknya terlintas godaan mencuri kain kafan sang hakim. Istrinya sempat meredam niat buruknya ini, tapi gagal. Proses penggalian kubur pun berlangsung. Dalam aksi nekatnya inilah tukang curi kain kafan mendapatkan pengalaman ajaib.
Telinganya seperti mendengar suara dua malaikat. Ia seolah dibimbing merekam peristiwa yang tak lazim dapat ditangkap indra itu.
“Ciumlah bau kakinya (hakim),” ujar malaikat satu kepada yang lain.
“Tidak ada yang aneh. Dia tidak menggunakan kedua kakinya untuk maksiat.”
Penciuman terus berlanjut pada kedua tangan dan mata. Hasilnya sama. Tak ditemukan kejanggalan karena si hakim mampu menjaga tangan dan penglihatannya dari perbuatan haram. Malaikat lalu mulai memeriksa kedua telinga si hakim. Satu telinga masih luput dari masalah, tapi tidak untuk telinga bagian lain.
“Apa yang kau temukan?” tanya mailakat satu kepada yang lain.
“Sebuah bau busuk.”
“Kau tahu bau apa ini? Ini bau perbuatan si hakim yang cenderung mendengarkan satu pihak ketimbang yang lain dalam penyelesaian kasus sengketa dua pihak. Tiup!”
Begitu tiupan diembuskan, api tiba-tiba memenuhi kuburan. Dan sejak peristiwa itulah pencuri kain kafan mengalami kebutaan.

Sumber : penjelasan Ust. Fathuri dan  http://www.nu.or.id/post/read/57529/bau-busuk-di-kuburan-sang-penegak-hukum  

       
      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ             
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”